بَابُ مَا جَآءَ فِيْ تَعْلِيْمِ الْفَرَائِضِ وَالْحَثِّ عَلَيْهِ
Ilmu Faraidh adalah
Ilmu untuk mengetahui Siapa yang berhaq mewarist, Siapa yang tidak berhaq
mewarist, & Berapa bagian masing-masing Ahli Warist.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْحِ أَخْبَرَنَا ابْنُ
وَهْبٍ حَدَّثَنِيْ عَبْدُ الرَّحْمٰنِ بْنُ زِيَادٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ بْنِ
رَافِعٍ التَّنُوْخِيِّ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ ﷺ قَالَ الْعِلْمُ ثَلَاثَةٌ وَمَا سِوَى ذٰلِكَ فَهُوَ فَضْلٌ آيَةٌ
مُحْكَمَةٌ أوْ سُنَّةٌ قَائِمَةٌ أَوْ فَرِيْضَةٌ عَادِلَةٌ. رواه أبو داود في كتاب الفرائض
Artinya: Nabi SAW
Bersabda “Ilmu yang WAJIB dicari ada 3, [1] Ayat yang
Menghukumi (Al-Qur’an), [2] Sunnah yang Tegak (Al-Hadist), [3] Ilmu Faraidh yang ‘Adil (Termaktub pada
Al-Quran & Al-Hadist). HR Abu
Dawud fi Kitabil Faraidh
Dzikrul Khosh Ba’dal ‘Amm, Sebenarnya Keadilan mengenai Ilmu Faraidh secara Garis Besar sudah
ada pada Al-Qur’an & Al-Hadist, Namun pada Hadist diatas dijelaskan kembali secara khusus, tentang Pentingnya mencari Ilmu Faraidh, ini dikarenakan ada beberapa Hukum Faraidh
yang berasal dari Ijtihad yang Adil. Contoh Ijtihadnya Shahabat Umar Bin Khotob
& Shahabat Zaid Bib Stabit.
Hikmahnya: Seseorang yang ingin mengajarkan Ilmu Faraidh, harus
Manqul terlebih dahulu Ilmunya.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ وَاصِلٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ بْنُ
الْقَاسِمِ الْأَسَدِيُّ حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ دَلْهَمٍ حَدَّثَنَا عَوْفٌ
عَنْ شَهْرِ ابْنِ حَوْشَبٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ
وَالْفَرَائِضَ وَعَلِّمُوا النَّاسَ فَإِنِّيْ مَقْبُوْضٌ. رواه الترمذي فى كتاب الفرائ
Artinya: Nabi SAW
Bersabda “Pelajarilah Alquran dan Ilmu Faraidh, setelah itu ajarkan kembali
kepada manusia, karena sesungguhnya Aku Orang yang akan diwafatkan”. HR Tirmidzi fi Kitabil Faraidh
Untuk Belajar Ilmu Alqur’an & Faraidh adalah suatu keWAJIBAN,
Namun Hukum untuk mengajarkannya kembali, adalah “sesuai kemampuan” Ittaqullaha Mastatho’tum. كُنْ عَالِمً، أَوْ مُتَعَلِّمً، أوْ مُسْتَمِعً، أوْ أُحِبًّ وَلَا تَكُونُ
الْخَامِسَة Jadilah kamu عَالِمً (orang yang pandai
mengajarkan), jika tidak bisa maka jadilah مُتَعَلِّمً (orang yang belajar), jika
tidak bisa maka jadilah مُسْتَمِعً (orang yang
mendengarkan), jika tidak bisa maka jadilah أُحِبًّ (orang yang senang), dan
dajan jadi orang yang ke lima (maksutnya: malah merintangi)
Hikmah: Jika ingin mengajarkan ilmu faraidh, maka rajin lah belajar
pada orang yang pandai Ilmu Faraidh, mumpung masih ada orang yang pandai Ilmu
Faraidh.
حَدَّثَنَا أبْرَهِيْمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ حَدَّثَنَا حَفْصُ
بْنُ عُمَرَ ابْنُ أَبِي الْعِطَافِ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنِ الْأَعْرَجِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ تَعَلَّمُوا
الْفارَائِضَ وَعَلِّمُوْهَا فَأِنَّهُ نِصْفُ الْعِلْمِ وَهُوَ أَوَّلُ شَيْئٍ
يُنْزَعُ مِنْ أُمَّتِي.
رواه ابن ماجة فى كتاب الفرائض
Artinya: Nabi SAW Bersabda “Ya Aba Hurairah,
Pelajarilah dan Mengajarkanlah pada Ilmu Faraidh, karena Ilmu Faraidh adalah
separuhnya Ilmu, dan Pertamanya Ilmu yang pertama kali akan diangkat”. HR. Ibnu Majah fi Kitabil Faraidh
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ أَبِي مُسْلِمٍ عَنْ
أَبِي الْخَلِيْلِ قَالَ قَالَ أَبُو مُوْسَى الْعَشْعَرِي مَنْ عَلِمَ الْقُرْآنَ
وَلَمْ يَعْلَمِ الْفَرَائِضَ فَأِنَّ مَثَلَهُ مَثَلُ الْبُرْنُسِ لَا وَجْهَ
لَهُ أَوْ لَيْسَ لَهُ وَجْهٌ. رواه
الدرامى فى كتاب الفرائض
Artinya: Shahabat Abu Musa Berkata: “Gambarannya
Orang Mengetahui Imu Al-Quran, Namun Tidak Mengetahui Ilmu Faraidh, Seperti Pakaian
Burnus yang tidak ada bagian Kepalanya (Tidak Sempurna Burnusnya, maksudnya
Tidak Sempurna Ilmunya orang tersebut) HR Darami fi Kitabil Faraidh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar