بَابُ الْهِبَةِ
Hibah: adalah
pemberian kepada Orang lain tampa meminta imbalan, dan yang ditujukan untuk
menambah rasa cinta dan kasih sayang (umumnya berupa sesuatu yang istimewa/
berharga/ permanen).
١٦٢٣- حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ. حَدَّثَنَا عَبَّادُ
بْنُ الْعَوَّامِ عَنْ حُصَيْنِ، عَنِ الشَّعْبِيِّ. قَالَ: سَمِعْتُ النُّعْمَانَ
بْنَ بَشِيْرٍ. ح وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى (وَاللَّفْظُ لَهُ). أَخْبَرَنَا
أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ حُصَيْنٍ عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ.
قَالَ: تَصَدَّقَ عَلَيَّ أَبِي بِبِعْضِ مَالِهِ. فَقَالَتْ أُمِّي عَمْرَةُ بِنْتُ
رَوَاحَةَ: لَا أَرْضَى حَتَّى تُشْهِدَ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ فَانْطَلَقَ أَبِيْ إِلَى
النَّبِيِّ ﷺ لِيُشْهِدَهُ عَلَى صَدَقَتِيْ. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ (أَفَعَلْتَ بِوَلَدِكَ هَذَا
كُلِّهِمْ؟) قَالَ: لَا. قَالَ (اتَّقُوا اللهَ وَاعْدِلُوا فِي أَوْلَادِكُمْ). فَرَجَعَ
أَبِي. فَرَدَّ تِلْكَ الصَّدَقَةَ. رواه مسلم فى
كتاب الهبات
Artinya:
Nu’man berkata: Bapak ku (Basyir) menghibahkan separuh harta miliknya untuk ku.
Lalu Ibuku ‘Amroh berkata pada Bapakku: Saya tidak ridho pada kelakuanmu,
memberikan separuh harta mu kepada Nu’man saja (karena masih ada anak lain
selain Nu’man). Saya bisa ridho, jika kamu mempersaksikan shadaqoh tersebut
kepada Nabi (dan Nabi mensetujuinya). Maka bapakku berangkat meminta persaksian
Nabi SAW atas hibahnya untuk ku. Maka Nabi SAW bersabda: “Apakah kamu menghibahi
harta tersebut untuk semua anakmu...?” bapak berkata: Tidak. Nabi meneruskan
sabdanya: “takutlah pada Allah dan berbuat ‘Adillah untuk semua anak-anak mu”.
Maka setelah Bapak ku pulang, dia menerik kembali hibahnya. HR Muslim fi Kitabil Hibat
Penjelasan Hadist diatas diterangkan pada hadist dibawah ini.
حدثني النعمان بن بشير أن أمه بنت رواحة
سألت أباه بعض الموهوبة من مال لابنها. فالتوى بها سنة. ثم بدا له. فقالت: لا أرضى
حتى تشهد رسول الله ﷺ على ما وهبت لابني.
فأخذ أبي بيدي. وأنا يومئذ غلام. فأتى رسول الله ﷺ فقال: يا رسول الله!
إن أم هذا، بنت رواحة، أعجبها أن أشهدك على الذي وهبت لابنها. فقال رسول الله ﷺ (يا بشير! ألك ولد
سوى هذا؟) قال: نعم. فقال (أكلهم وهبت لهم مثل هذا؟) قال: لا. قال (فلا تشهدني
إذا. فإني لا أشهد على جور) رواه مسلم فى كتاب
الهبات
Artinya: Sesungguhnya
ibu nya Nu’man meminta kepada bapak ku, untuk menangguhkan pemberian Hibah nya
untuk diriku (dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa hibahnya Basyir kepada Nu’man
adalah Budak), namun Bapak ku tidak memperdulikan permohonan Ibuku, dan tetap
menghibahkan Budak tersebut untuk ku. Kejadian ini berlangsung selama satu
tahun, sehingga ibuku mengeluarkan perkataan: Aku Tidak Ridho dengan penghibahan
mu terhadab Nu’man, sehingga Nabi mau mempersaksikannya. Lalu bapakku memegang
tanganku, dan berangkat menuju rumah Nabi. Saat itu saya masih Muda. Lalu Nabi
bertanya: Wahai Basyir, Apakah masih ada anakmu selain anak ini (selain Nu’man)..?
bapak menjawab: ia Nabi (masih ada anak yang lain), Nabi meneruskan
pertanyaannya: Apakah semua anakmu engkau Hibahkan sama seperti anak ini..?
bapak menjawab: tidak (hanya nu’man yang diberi hibah), lalu Nabi Bersabda:
kalau begitu saya tidak mau menjadi saksi perbuatan ini, karena aku tidak mau
menjadi saksi perbuatan yang menyimpang. HR Muslim fi Kitabil Hibat
‘Athiyah*: adalah pemberian kepada Orang lain (Pemberian
Biasa/ bukan berupa sesuatu yang istimewa/ berharga/ permanen) , tampa
mengharap balasan.
Hikmah:
1.
Hibah harus adil
untuk semua anak.
2.
Menarik pemberian dari
Orang tua ke anaknya itu boleh.
١١٧٨٣- وَأَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ الْمُقْرِيُّ
أَنْبَأَ الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ ثَنَا يُوْسُفُ بْنُ يَعْقُوْبَ
ثَنَا أَبُو الرَّبِيْعِ ثَنَا جَرِيْرُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيْدِ عَنْ مُغِيْرَةَ
عَنِ الشَّعْبِيِّ قَالَ سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيْرٍ فَذَكَرَ الْقِصَّةَ
بِطُوْلِهَا قَالَ فِي آخِرِهَا عَنِ النَّبِيِّ ﷺ فَإِنِّي لَا
اَشْهَدُ عَلَى هَذَا هَذَا جَوْرٌ أَشْهِدْ عَلَى هَذَا غَيْرِي، اعْدِلُوْا بَيْنَ
أَوْلَادِكُمْ فِي النَّحْلِ كَمَا تُحِبُّوْنَ أَنْ يَعْدِلُوْا بَيْنَكُمْ فِي
الْبِرِّ وَاللَّطَفِ. رواه البيهقى
فى كتاب الهبات
Artinya:
Sya’bi berkata: aku mendengar qishahnya yang panjang dari Nu’man, dan ending
qishah tersebut: Sesungguhnya Nabi Bersabda: Aku tidak mau mempersaksikan
perbuatan ini (hibahnya Orang Tua untuk salah seorang anaknya saja), karna
perbuatan ini nyimpang. Carilah saksi selainku. Berlaku ‘adillah kepada setiap
anakmu, dalam urusan Hibah (namun jika hanya
sebatas ‘Athiyyah* boleh tidak ‘adil, tergantung kebutuhan anak, contoh: anak
yang masih kecil diberi permen cukup, dan anak yang sudah dewasa diberi uang
baru cukup). Sebagaimana kalian senang,
jikalau anak-anak kalian berlaku adil terhadab kalian orang tua, dalam urusan
kebaikan dan kasih sayang. HR Baihaqi fi Kitabil Hibat
Hikmah: Seorang Juru Hukum jangan mau mempersaksikan sesuatu
perbuatan yang menyimpang, walaupun diberi Hadiah.
١١٧٨٠- أَخْبَرَنَا أَبُو حَازِمٍ الْحَافِظُ
وَأَبُو نَصْرٍ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ بْنِ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ قَالَا
أَنْبَأَ أَبُو الْفَضْلِ بْنو خَمِيْرُوَيْهِ ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ نَجْدَةَ ثَنَا
سَعِيْدُ بْنُ مَنْصُوْرٍ ثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ يُوْسُفَ
عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيْرٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ﷺ سَوُّوْا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ فِي الْعَطِيَّةِ فَلَوْ كُنْتُ مُفَضِّلًا أَحَدًا
لَفَضَّلْتُ النِّسَاءَ. رواه
البيهقى فى كتاب الهبات
Artinya:
Nabi SAW Bersabda: Samakan lah pemberian Hibah kalian terhadab semua Anak
kalian (lafat Athiyah pada hadist, bermakna Hibah). Seandainya aku boleh
memberi lebih banyak kepada seseorang mengalahkan orang lain, maka niscaya aku
akan memberi lebih kepada anak perempuan. HR Baihaqi fi Kitabil Hibat
Hikmah:
1.
Hibah harus sama untuk setiap Anak.
2.
‘Athiyah boleh berbeda (tergantung kebutuhan), untuk setiap Anak.
3.
Walaupun keingin
Nabi seperti tersebut diatas, hukum aslinya: Anak Laki-laki lebih unggul dari
pada Anak Perempuan, untuk menerima Waristan.
٣٥٣٩ـ حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، ثَنَا يَزِيْدُ يَعْنِي ابْنَ زُرَيْعٍ
ثَنَا حُسَيْنٌ الْمُعَلِّمُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ
عُمَرَ وَابْنِ عَبَّاسٍ،عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ:
"لَايَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يُعْطِيَ عَطِيَّةً أَوْ يَهَبَ هِبَةً فَيَرْجِعَ
فِيهَا، إِلَّا الْوَالِدَ فِيْمَا يُعْطِي وَلَدَهُ، وَمَثَلُ الَّذِيْ يُعْطِي
الْعَطِيَّةَ، ثُمَّ يَرْجِعُ فِيْهَا كَمَثَلِ الْكَلْبِ يَأْكُلُ فَإِذَا شَبِعَ
قَاءَ، ثُمَّ عَادَ فِي قَيْئِهِ". رواه أبو داود فى كتاب البيوع
Artinya:
Nabi SAW bersabda: “Tidak halal seseorang menarik kembali Hibah atau ‘Athiyah
yang telah ia shadaqahi, terkecuali Pemberian Orang tua terhadab Anak-anaknya
(Orang Tua Boleh menarik pemberian Apapun yang pernah diberikan kepada anak-anaknya).
Gambaran seseorang yang menarik Hibah atau ‘Athiyahnya kembali seperti Anjing yng
muntah karena kekenyangan, kemudian Anjing tersebut memakan kembali Muntahnya. HR Abu Dawud fi Kitabil Buyu’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar