Minggu, 06 April 2014

BAB XI Seseorang Meninggal Namun Tidak Memiliki Ahli Warist


بَابُ مَا جَاءَ فِى الَّذِي يَمُوْتُ وَلَيْسَ لَهُ وَارِثٌ
Di Bab sebelumnya sudah dijelaskan mengenai rukun mewaris, yaitu: muwarrist (jelas kematiannya mayit), waarist (jelas ahli waristnya mayit), dan maurust (jelas hartanya mayit). Pada bab berikut akan dijelaskan, bagaimana jika seseorang mati, namun tidak mempunyai ahli warist.
٢١٠٥- حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هٰرُوْنَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ ابْنِ الْأَصْبَهَانِيِّ عَنْ مُجَاهِدٍ وَهُوَ ابْنُ وَرْدَانَ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ مَوْلًى لِلنَّبِيِّ وَقَعَ مِنْ عِذْقِ نَخْلَةٍ فَمَاتَ فقَالَ النَّبِيُّ أنْظُرُوْا هَلْ لَهُ مِنْ وَارِثٍ ؟ قَالُوْا لَا قَالَ فَادْفَعُوْهُ إِلَى بَعْضِ أَهْلِ الْقَرْيَةِ. رواه الترمذى فى كتاب الفرائض. الألباني: وهذا حديث حسن
Artinya: Dari ‘Aisya Menjelaskan: Sesungguhnya Bekas Budaknya Nabi SAW (yang telah Nabi Merdekakan) jatuh dari pelepah kurma kemudian meninggal, lalu Nabi bertanya: apakah dia mempunyai Ahli Warist..?, Para Shahabat Menjawab “tidak ada”, lalu Nabi memerintahkan hartanya Maulan tersebut untuk dibagi-bagikan pada sebagian penduduk desanya Maulan. HR. At-Tirmidzi fi Kitabil Faraidh
٢٩٥٠- أَخْبَرَنَا مُحَمَّدٌ ثَنَا سُفْيَانُ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سَالِمٍ عَنْ خَارِجَةَ بْنِ زَيْدٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ أَنَّهُ أُتِيَ فِى ابْنَةٍ أَوْ أُخْتٍ فَأَعْطَاهَا النِّصْفَ وَجَعَلَ مَا بَقِيَ فِى بَيْتِ الْمَالِ وَقَالَ يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَالِمٍ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنْ خَارِجَةَ. رواه الدارمى فى كتاب الفرائض. الألباني: إسناده ضعيف لضعف محمد بن سالم
Artinya: Zaid Bin Stabit membagi waristannya seorang anak perempuan atau seorang saudara perempuan (sekandung/ sebapak), dari 1/2 dari harta, kemudian setengahnya lagi Zaid berikan ke baitul mal.
Penjelasan: harta dikembalikan kebaitul mal, dikarenakan mayit tidak memiliki ahli warist ashabah.
Hikmah: ketika seseorang mati tidak memiliki ahli warist maka harta: 

1.      Jika yang mati adalah budak yang dimerdekakan, maka hartanya untuk orang yang memerdekakan,
2.      Dalam hadist pertama, Nabi adalah orang yang memerdekakan Budak tersebut, sehingga Nabi lah yang lebih berhaq atas peninggalan hartanya. Namun karena Nabi tidak mewarist dan diwarist, maka nabi perintahkan hartanya untuk dibagi-bagikan untuk orang sedesanya.
3.      Jika yang mati adalah orang yang merdeka, maka harta nya untuk baitul mal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar